---------------------------------------------------------------------------------------Surat Yusuf Ayat 108

Senin, 17 Mei 2010

Al-Khathib, Adz-Dzahabi, Ibn Sholah, dan An-Nawawi Tentang Menerima Kabar Dari Ahli Bid’ah

Al-Khathib Al-Baghdadi rahimahullahu (w. 463 H) berkata,

طائفة من أهل العلم الى قبول أخبار أهل الأهواء الذين لا يعرفون منهم استحلال الكذب والشهادة لمن وافقهم

”Sebagian ulama menerima riwayat dari ahli bid’ah yang tidak dikenal menghalalkan dusta dan membuat kesaksian palsu untuk para pengikutnya”. Al-Kifayah hal. 120

Al-Hafizh Ibn Shalah rahimahullahu (w. 643 H) berkata,

ومنهم من قبل رواية المبدع إذا لم يكن ممن يستحل الكذب في نصره مذهبه أو لأهل مذهبه

”Diantara para ulama ada yang menerima riwayat ahli bid’ah asal tidak menghalalkan dusta untuk membela mazhab atau bagi pengikutnya”. Ulumul Hadits, Ibn Shalah hal. 22.

Imam Nawawi rahimahullahu (w. 676 H) berkata,

ومن لم يكفر قيل لا يحتج به مطلقاً، وقيل يحتج به إن لم يكن ممن يستحل الكذب في نصرة مذهبه أو لأهل مذهبه،

”Dan siapa saja (Ahli bid’ah) yang tidak kafir, sebagian (ulama) menolak riwayatnya secara mutlak dan sebagian yang lain menerima asal tidak menghalalkan dusta untuk membela madzhab dan pengikut madzhabnya”. At-Taqrib wa At-Taisir hal. 7.

Al-Hafizh Adz-Dzahabi rahimahullahu (w. 748 H) berkata,

بل الكذب شعارهم، والتقية والنفاق دثارهم، فكيف يقبل نقل من هذا حاله !

”(Riwayat mereka jelas tidak diterima), sebab bahkan kedustaan adalah ciri khas mereka dan taqiyah dan nifak pakaian mereka. Bagaimana bisa diterima riwayat dari mereka?”. Mizan Al-I’tidal (1/6).

Termasuk dalam riwayat adalah: cerita-cerita, kisah-kisah, kesaksian-kesaksian, berita dan semacamnya.

Ibn Qayyim : Taqlid tidak termasuk ilmu

قال الإمام محمد بن أبي بكر ابن قيم الجوزية : أنه لا يجوز الفتوى بالتقليد لأنه ليس بعلم والفتوى بغير علم حرام ولا خلاف بين الناس أن التقليد ليس بعلم - إعلام الموقعين عن رب العالمين1/45 -

Imam Muhammad ibn Abi Bakr Ibn Qayyim Al-Jauziyah berkata : “Tidak boleh berfatwa dengan taqlid, karena taqlid itu tidak termasuk ilmu. Dan berfatwa tanpa ilmu adalah harom. Dan tidak ada perbedaan diantara manusia (ulama –pen), bahwa sesungguhnya taqlid tidak termasuk ilmu”. I’lam Al-Muwa’qi’in an Rabil’alamin (1/45)

Ibn Abdil Barr: "Batas Minimal Disebut Ilmu"

قال الإمام أبو عمر يوسف بن عبد البر : حد العلم عند العلماء والمتكلمين في هذا المعنى هو ما استيقنته وتبينته وكل من استيقن شيئا وتبينه فقد علمه - .جامع بيان العلم وفضله لابن عبد البر 2/489

Imam Abu Amru Yusuf Ibnu Abdil Barr berkata, “Batas minimal bahwa sesuatu disebut “ilmu” menurut ulama dan para penulis adalah apa yang dapat engkau meyakini dan mengetahui kejelasannya. Siapa saja yang telah dapat meyakini sesuatu dan mengetahui kejelasannya, berarti dia telah mendapatkan ilmu”. Jami’ Bayan al-Ilmi (2/489)

Minggu, 16 Mei 2010

Tafsir Surat Taubah Ayat 31

اتخذوا أحبارهم و رُهبانهم أربابا من دون الله

"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah ‘’ (Surat Taubah 31)

Syaikh Muhammad Jamil Jainu pengajar di Darul Hadits Mekkah Mukaromah dalam Kitabnya Minhaj Firatun Najiyah berkata:

أنواع الشرك الأكبر : شرك الطاعة: و هو طاعة العلماء و المشايخ في المعصية مع اعتقادهم جواز ذلك لقوله تعالى : "اتخذوا أحبارهم و رُهبانهم أربابا من دون الله" (سورة التوبة) و قد فسرت العبادة بطاعتهم في المعصية بتحليل ما حرّم الله و تحريم ما أحل الله . قال صلى الله عليه و سلم :"لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق" (صحيح رواه أحمد)

Macam-macam syirik besar : Syirik ketaatan : yaitu mentaati ulama dan Masyaikh dalam hal kemaksiatan dengan meyakini bahwa hal tersebut diperbolehkan. Allah Ta’ala berfirman : "Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah ‘’ (Surat Taubah 31), dan sungguh ketaatan kepada mereka dalam kemaksiatan ditafsirkan sebagai bentuk ibadah kepada mereka. Dengan mengharamkan apa yang telah Allah halalkan dan menghalalkan apa yang Allah haramkan. Bersabda Rasulullah n: "Tidak ada keta'atan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Al-Khaliq (Allah) ‘’ (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad).

Dihalaman lain beliau berkata :

من مظاهر الشرك ……. 9طاعة الحكام أو العلماء أو المشايخ في أمر يخالف نص القرآن أو صحيح السنة

Merebaknya kesyirikan ….. (pada contoh kesyirikan no. 9) : ‘’Taat kepada ketetapan para penguasa, ulama atau syaikh yang bertentangan dengan nas-nas Al-Qur’an dan hadits shahih‘’.

Tafsir An-Nissaa Ayat 59

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”.

Imam ibn Abi al-Izz Al-Hanafi v dalam Syarah Aqidah Ath-Thahawiyah hal. 252 berkata,

فَتَأَمَّلْ قوله تعالى: {أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ} - كَيْفَ قَالَ:"وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ"، وَلَمْ يَقُلْ: وَأَطِيعُوا أُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ؟ لِأَنَّ أُولِي الْأَمْرِ لَا يُفْرَدُونَ بِالطَّاعَة، بَلْ يُطَاعُونَ فِيمَا هُوَ طَاعَة لله ورسوله. وَأَعَادَ الْفِعْلَ مَعَ الرَّسُولِ [ للدلالة على أن مَنْ أطِاعِ الرَّسُولَ ] فَقَدْ أَطَاعَ الله، فَإِنَّ الرَّسُولَ صلى الله عليه وسلم لَا يَأْمُرُ بِغَيْرِ طَاعَة الله، بَلْ هُوَ مَعْصُومٌ في ذَلِكَ، وَأَمَّا وَلِي الْأَمْرِ فَقَدْ يَأْمُرُ بِغَيْرِ طَاعَة الله، فَلَا يُطَاعُ إِلَّا فِيمَا هُوَ طَاعَة لله ورسوله.

“Cermatilah bagaimana Allah berfirman : “Taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri diantara kamu”, bagaimana firman-Nya, “dan taatilah Rasul” tapi tidak berfirman : “Dan taatilah ulil amri diantara kamu”, karena Ulil amri tidak ditaati sepihak, tetapi mereka ditaati dalam perkara yang terdapat didalamnya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, kata kerja (taatilah) dalam ayat tersebut diulang kembali pada ketaatan kepada Rasul [karena siapa yang taat kepada Rasul] berarti dia telah mentaati Allah, sebab Rasullullah shallallahu’alaihi wasallam tidak memerintahkan selain ketaatan kepada Allah, bahkan dia terlindungi (ma’shum) dalam demikian itu, tapi ulil amri bisa jadi dia menyuruh kepada ketaatan tidak kepada Allah, maka dia tidak ditaati kecuali pada perkara ketaatan kepada Allah dan Rasulnya”.